Monday, April 29, 2013

This Marine Sciences' Survey Needs A Respondent!

Karena masih kurangnya pendidikan mengenai Ilmu Kelautan di Indonesia yang merupakan Negara Bahari, saya berusaha membuat survey ini agar dapat mengetahui sejauh mana pengetahuan Warga Negara Indonesia mengenai potensi di negaranya sendiri.

Pertanyaannya hanya 10.
Mohon dijawab sebijaksana mungkin, tidak main-main.
Survey ini dibutuhkan untuk kebutuhan pendidikan.

Ini LINK-nya :
http://www.surveymonkey.com/s/PDHTQTP

Terima Kasih atas waktu yang sudah Anda luangkan untuk mengisi survey ini.
Semoga kebaikan kecil Anda dapat menghasilkan perkembangan besar untuk Indonesia :)

Tuesday, November 6, 2012

Materi Akustik Kelautan


Akustik dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu: akustik pasif dan akustik aktif. Akustik pasif merupakan suatu aksi mendengarkan gelombang suara yang datang dari berbagai objek pada kolom perairan, biasanya suara yang diterima pada frekuensi tertentu ataupun frekuensi yang spesifik untuk berbagai analisis.  Pasif akustik dapat digunakan untuk mendengarkan ledakan bawah air (seismic), gempa bumi, letusan gunung berapi, suara yang dihasilkan oleh ikan dan hewan lainnya, aktivitas kapal-kapal ataupun sebagai peralatan untuk mendeteksi kondisi di bawah air (hidroakustik untuk mendeteksi ikan).
Akustik aktif memiliki arti yaitu dapat mengukur jarak dari objek yang dideteksi dan ukuran relatifnya dengan menghasilkan pulsa suara dan mengukur waktu tempuh dari pulsa tersebut sejak dipancarkan sampai diterima kembali oleh alat serta dihitung berapa amplitudo yang kembali.  Akustik aktif memakai prinsip dasar SONAR untuk pengukuran bawah air.
Metode akustik merupakan proses-proses pendeteksian target di laut dengan mempertimbangkan proses-proses perambatan suara, karakter suara (frekuensi, intensitas, pulsa), faktor lingkungan atau medium, kondisi target, dan lain-lain.
 Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas, maka hidroakustik didasarkan pada prinsip yang sederhana, dimana transmitter yang menghasilkan listrik dengan frekuensi tertentu disalurkan ke transducer yang akan mengubah energi listrik àenergi suara (gelombang suara) dan kemudian akan dipancarkan ke kolom perairan. Gelombang suara yang dipancarkan ke kolom perairan akan mengenai objek target, kemudian gelombang suara akan dipantulkan kembali oleh objek dalam bentuk echo, echo akan diterima oleh transducer. Echo tersebut akan diubah menjadi energi listrik lalu diteruskan ke receiver.
Bagaimanakah jarak suatu objek dapat diketahui? Hal ini mudah saja, yaitu dengan menentukan selang waktu antara gelombang suara yang dipancarkan dengan gelombang suara yang diterima, sehingga transducer dapat memperkirakan jarak dan orientasi dari suatu objek yang dideteksi dengan rumus berikut:
Jarak = (Kecepatan suara x waktu)
            2

Instrument yang biasa digunakan dalam akustik antara lain ADCP (Acoustic Doppler Currents Profiler) yang berfungsi untuk mengukur arus dengan prinsip Doppler dan CTD (Conductivity, Depth, Temperature) yang berfungsi untuk mengukur konduktivitas, kedalaman dan suhu perairan.
Kelebihan dari metode akustik adalah berkecepatan tinggi, estimasi stok ikan secara langsung (direct estimation), memproses data secara real time, tepat dan akurat. Namun ada beberapa hambatan dalam aplikasinya, seperti adanya gangguan dari kolom air (absorbsi, pantulan, dan lain-lain), human error, kondisi alat, dan minimnya sumber daya manusia.

MANFAAT DAN APLIKASI AKUSTIK KELAUTAN
Manfaat akustik meliputi aplikasi dalam survei kelautan, budidaya perairan, penelitian tingkah laku ikan, aplikasi dalam studi penampilan dan selektivitas alat  tangkap,  bioakustik. Aplikasi dalam survei kelautan untuk menduga spesies ikan, dengan akustik kita dapat menduga spesies ikan yang ada di daerah tertentu dengan menggunakan pantulan dari suara, semua spesies mempunyi target strengh yang berbeda-beda. Aplikasi dalam dunia budidaya untuk pendugaan jumlah ekor, biomass dari ikan dalam jaring/kurungan pembesaran untuk menduga ukuran dari individu ikan dalam jaring kurungan,memantau tingkah laku ikan dengan acoustic tagging.
Aplikasi akustik dalam tingkah laku ikan meliputipergerakkan migrasi ikan dengan acoustic taggingorientasi target (tilt angle)reaksi menghindar terhadap gerak kapal survei dan alat tangkaprespon terhadap rangsangan/stimuli cahaya, suara, listrik, hidrodinamika, komia, mekanik dan sebagainya. Aplikasi dalam studi penampilan dan selektivitas alat tangkap ikan meliputi pembukaan mulut trawl dan kedalaman,selektivitas penagkapan dengan melihat ukuran ikan target
1.    Militer
Alat akustik digunakan untuk kegiatan militer dan sangat canggih untuk saat ini. Negara Amerika telah mengembangkan akustik dan menghasilkan suatu Akustik Perangkat Long Range (LRAD), perangkat jarak jauh yang berasal dan peringatan beam yang diarahkan akustik. LRAD dikembangkan untuk berkomunikasi pada rentang operasional dengan kewenangan dan unggul dalam tinggi kebisingan pada lingkungan ambient. LRAD dirancang untuk  komunikasi di 300 meter  diatas tanah dan 500 + meter di atas air, LRAD juga dapat mengeluarkan nada peringatan.
2.    Perkapalan
Perancangan alat tangkap berbasis akustik agar hasil tangkapan maksimal dan tidak tepat sasaran, karena dengan akustik dapat dideteksi kumpulan suatu ikan.
3.    Pemetaan
Data dari pengukuran kedalaman dengan alat akustik nantinya dapat dijadikan suatu peta dasar laut.
4.    Oseanografi kelautan
Suatu kajian Pengetahuan  yang mempelajari tentang sifat-sifat laut, baik dalam kimia, fisik, maupun bio-geo dan hal – hal yang bersifat kelautan lainnya menggunakan suatu alat akustik.
5.    Industri
Penentuan lokasi yang sesuai dengan metode pendeteksian dasar laut dan menganalisis dampak yang akan terjadi jika industri tersebut dibangun didaerah tersebut.

KECEPATAN SUARA
Bunyi mempunyai cepat rambat yang terbatas. Bunyi memerlukan waktu untuk berpindah. Cepat rambat bunyi sebenarnya tidak terlampau besar. Cepat rambat bunyi jauh lebih kecil dibandingkan dengan cepat rambat cahaya. Karena bunyi termasuk gelombang, cepat rambat bunyi juga memenuhi persamaan cepat rambat gelombang. Jika bunyi menempuh jarak (s) selama selang waktu (t) maka akan memenuhi hubungan

V = s/t

s = jarak tempuh (m)
t = waktu ( s )
v = cepat rambat bunyi (m/s)

Satu periode gelombang menempuh jarak sejauh satu panjang gelombang. Maka jika t = T, maka s = λ . Maka bentuk lain ungkapan cepat rambat gelombang adalah V=λ/T oleh karena f = 1/T ,maka

V = λf

dengan λ = panjang gelombang bunyi (m)
T = periode gelombang bunyi (s)
F = ferkuensi gelombang bunyi (Hz)

Proses merambatnya bunyi pada saat benda yg bergetar akan menggetarkan molekul zat perantara/medium di sekitarnya lalu molekul yg bergetar akan merambatkan ke molekul-molekul yg lainnya, dan begitu seterusnya sampai getaran itu terdengar di telinga kita. Molekul udara membentuk rapatan (R) dan renggangan (r).
Pada laut, suara dirambatkan melalui medium air. Kecepatan rambat suara laut berbeda dengan kecepatan rambat udara ataupun darat. Bunyi merambat di udara dengan kecepatan 1.224 km/jam. Pada suhu udara 15 derajat celsius bunyi dapat merambat di udara bebas pada kecepatan 340 m/s. Bunyi merambat lebih lambat jika suhu dan tekanan udara lebih rendah. Di udara tipis dan dingin pada ketinggian lebih dari 11 km, kecepatan bunyi 1.000 km/jam. Di air, kecepatannya 5.400 km/jam, jauh lebih cepat daripada di udara. Dengan s panjang Gelombang bunyi dan t waktu.
Jika dibandingkan dengan cepat rambat udara, di laut kecepatan rambatnya lebih cepat 4x lipat dibangingkan dengan cepat rambat di udara. Hal tersebut diakibatkan partikel air laut lebih rapat dibandingkan dengan di udara yang lebih renggang. Sedangkan di darat (zat padat) lebih cepat lagi cepat rambat di laut karena benda padat kerapatannya paling tinggi diantara medium yang lain.
Tabel 1. Cepat rambat bunyi pada medium tertentu
Medium
Cepat Rambat Suara (m/s)
Udara (0°C)
331
Udara (15°C)
340
Air (25°C)
1490
Air Laut (25°C)
1530
Tembaga (20°C)
3560
Besi (20°C)
5130
Aluminium (20°C)
5100
(Sumber: http://andrynugrohoatmarinescience.wordpress.com)

Secara sederhana, pola perambatan gelombang suara di dalam laut yang dibagi secara vertikal adalah sebagai berikut:
a)  Zona 1 (mix layer) : Kecepatan suara cenderung meningkat akibat faktor perubahan tekanan mendominasi faktor perubahan suhu.
b)   Zona 2 (thermocline) : Kecepatan suara menurun dan menjadi zona minimum kecepatan suara akibat terjadinya perubahan suhu yang sangat drastis dan mendominasi faktor perubahan tekanan.
c)     Zona 3 (deep layer) : Kecepatan suara meningkat kembali akibat faktor perubahan tekanan mendominasi kembali faktor perubahan suhu.

Kecepatan suara dapat dihitung menggunakan rumus :

C = 1449,2 + 4,6T - 0,055T2 + 0,00029T3 + (1,34 - 0,010T)(S-35) - 0,016Z

dengan : C = Kecepatan suara (m/s)
               T = Suhu (°C)
               S = Salinitas (psu)
               Z = Kedalaman (m)

Dari persamaan di atas, dapat dilihat bahwa kecepatan suara dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu :
1.    Suhu
Suhu merupakan salah satu karakter fisik dari air laut yang penting.  Di wilayah lintang sedang dan rendah (dekat dengan wilayah tropis), suhu merupakan faktor penting yang mempengaruhi densitas dan kecepatan suara di dalam air.  Suhu di daerah tropis pada wilayah permukaan laut berkisar 26-29oC yang dipengaruhi oleh musim.
Pada kondisi perairan laut yang mempunyai suhu berbeda-beda  menimbulkan variasi kecepatan suara yang menyebabkan refraksi atau pembelokan perambatan gelombang suara.  Perubahan suhu yang sangat cepat pada lapisan termoklin menyebabkan pembelokan gelombang suara yang tajam dan pada lapisan ini bertindak sebagai bidang pantul.  
2.    Salinitas
Salinitas adalah jumlah zat-zat terlarut dalam 1 kg air laut, dimana semua karbonat telah diubah menjadi oksida, bromide dan iodide diganti oleh klorida dan semua bahan organik telah dioksidasi sempurna.  Pada umumnya perairan laut lepas memiliki kadar salinitas 35 psu, yang berarti dalam 1 kg air laut mengandung elemen-elemen kimia terlarut seberat 35 gram.  Dimana komposisi air laut tersebut terdiri atas 3,5% elemen-elemen kimia terlarut dan 96,5% kandungan airnya.
Salinitas dapat mempengaruhi kecepatan suara di dalam air, teutama di wilayah lintang tinggi (dekat kutub) dimana suhu mendekati titik beku, salinitas merupakan salah satu paling faktor penting yang mempengaruhi kecepatan gelombang suara di dalam air.  Distribusi  vertikal salinitas pada wilayah tropis, ekuator, dan sub tropis mengalami nilai yang paling kecil pada kedalaman 600-1000 m (34-35 pratical salinity unit/psu).  Di wilayah tropis nilai salinitas pada permukaan  berkisar 36-37 psu.  Salinitas maksimun pada wilayah perairan tropis terjadi pada kedalaman 100-200 m dekat dengan lapisan termoklin dimana kadar salinitas dapat mencapai lebih dari 37 psu.   Di daerah laut dalam, kadar salinitas relatif seragam dengan nilai 34,6-34,9 psu.  Salinitas di samudera seperti Atlantik, Pasifik, dan Hindia rata-rata 35 psu, di wilayah laut yang tertutup, nilai salitas rata-rata tidak jauh dari kisaran 35 psu tergantung dari penguapan yang terjadi.
3.    Lapisan Termoklin
Lapisan termoklin merupakan lapisan yang berada dalam kolom perairan di laut yang dimana pada lapisan ini mengalami perubahan suhu yang  drastis dengan lapisan yang berada dan di bawah  lapisan termoklin.  Di laut, termoklin seperti lapisan yang membagi antara lapisan pencampuran (mixing layer) dan lapisan dalam (deep layer). Tergantung musim, garis lintang dan pengadukan oleh angin, lapisan ini bersifat semi permanen.  Faktor yang menentukan ketebalan lapisan ini di dalam suatu perairan seperti variasi cuaca musiman, lintang, kondisi lingkungan suatu tempat (pasang surut dan arus).
Penurunan suhu berbanding lurus dengan penambahan kedalaman dan salinitas. Pada daerah dimana terjadi penurunan suhu secara cepat inilah dinamakan lapisan termoklin.  Di laut terbuka, lapisan ini berkarakter sebagai gradient kecepatan suara negative dimana dapat memantulkan gelombang suara.  Secara teknik lapisan ini membendung dari impendansi akustik yang terputus-putus (diskontinu) yang tercipta dari perubahan densitas secara mendadak.  Karateristik yang unik inilah yang membuat pentingnya lapisan termoklin untuk diketahui, terutama dibidang pertahanan dan keamanan (kapal selam). Lapisan termoklin mempunyai karateristik mampu memantulkan dan membelokan gelombang suara yang datang.
4.    Kedalaman Perairan
Kedalaman mempengaruhi cepat rambat suara di dalam air laut. Bertambahnya kedalaman, maka kecepatan suara akan bertambah karena adanya tekanan hidrostatis yang semakin besar dengan bertambahnya kedalaman. Rata-rata terjadi peningkatan kecepatan suara sebesar 0, 017 m/detik setiap kedalaman bertambah 1 meter.
Permukaan laut merupakan pemantul dan penghambur suara yang mempunyai efek yang sangat besar dalam perambatan suara ketika sumber atau penerima berada di perairan dangkal.  Jika permukaan halus sempurna, maka ia akan menjadi pemantul suara yang nyaris sempurna.  Sebaliknya jika permukaan laut kasar kehilangan akibat pantulan mendekati nol.
            
ATENUASI GELOMBANG SUARA
Menurut artikata.com atenuasi adalah penurunan tingkat suatu besaran, misal intensitas gelombang suara. Dari sumber lain, atenuasi berarti pelemahan sinyal (ilmu komunikasi). Namun pengertian atenuasai yang tepat untuk gelombang suara adalah reduksi amplitudo dan intensitas gelombang dalam perjalanannya melewati medium.
Saat gelombang suara merambat melalui suatu medium, ada energi yang dirambatkan pula. Energi tersebut akan berkurang seiring dengan proses perambatan gelombang suara sejak suara keluar dari sumber suara (hal ini erat kaitannya dengan efek Doppler). Karena gelombang suara menyebar keluar dalam bidang yang lebar, energinya tersebar kedalam area yang luas. Sehingga semakin jauh pendengar dari sumber suara, maka suara yang terdengarpun semakin kecil. Fenomena inilah yang disebut atenuasi.
Peristiwa yang terjadi pada atenuasi ini terdiri dari absorpsi, refleksi dan scattering. Adapun satuan dari atenuasi adalah decibels (dB). Sedangkan koefisiensi atenuasi adalah atenuasi yang terjadi per satuan panjang gelombang yang satuannya decibels per centimeter (dB/cm).

Attenuation (dB) = attenuation coefficient (dB/cm) x path length

Bila koefisiensi atenuasi meningkat maka frekuensi akan meningkat pula. Setiap jaringan mempunyai koefisiensi atenuasi yang berbeda. Koefisiensi ini menyatakan besarnya atenuasi per satuan panjang, yaitu semakin tinggi frekuensi yang digunakan maka semakin tinggi koefisiensi atenuasinya.

SHADOW ZONE
Shadow zone atau “zona bayangan” adalah daerah kedap terhadap transmisi gelombanga suara. Zona ini biasa terbentuk di lautan. Daerah ini sering dimanfaatkan kapal selam agar tidak terdeteksi oleh SONAR (Sound Navigation and Ranging). Hal ini terjadi karena suhu dan salinitas laut pada lapisan tersebut memantulkan rambatan suara yang datang.
Shadow zone yang terbentuk di laut karena sifat laut itu sendiri yaitu adanya 3 lapisan: mix layer, termocline layer, dan deep layer. Pada zona mix layer, kecepatan suara meningkat akibat peningkatan tekanan karena bertambahnya kedalaman. Zona kedua adalah zona termoklin, pada zona ini kecepatan suara menurun drastis secara cepat dibandingkan dengan pertambahan tekanan sehingga kecepatan suara di zoni ini berkurang terhadap kedalaman. Sedangkan zona ketiga yaitu zona laut dalam (deep layer), kecepatan suara meningkat terhadap kedalaman akibat tekanan yang bertambah.
Di dalam air laut, kecepatan gelombang suara mendekati 1.500 m/s (umumnya berkisar 1.450 m/s sampai dengan 1.550 m/s, tergantung suhu, salinitas, tekanan, dan musim). Pada lapisan termoklin terjadi penurunan suhu yang drastis sehingga terbentuklah dua medium karena adanya perbedaan suhu. Karena adanya batas antara dua medium ini menyebabkan pembelokan gelombang suara (refraksi). Pengaruh yang paling nyata terlihat jika terjadi kenaikan suhu air laut sebesar 1 C° akan menyebabkan meningkatnya kecepatan suara sebesar 1m/s. Akibatnya jika suhu meningkat maka gelombang suara yang dipancarkan akan cenderung dibelokan ke arah permukaan air. Sebaliknya jika suhu menurun karena kedalaman maka gelombang suara akan cenderung dibelokan ke dasar perairan. Karena terjadi pembelokan gelombang suara ke permukaan dan ke dasar perairan, maka terdapat wilayah yang tidak terjadi perambatan gelombang suara yang disebut shadow zone.

ABSORBSI, TARGET STRENGTH, VOLUME SCATTER, LAPISAN SOFAR
Ketika gelombang suara dipancarkan ke kolom air, maka akan mengalami ABSORBSI atau penyerapan energy gelombang suara sehingga mengakibatkan transmisi hilang ketika diechodari transducer. Proses absorbsi sangat bergantung pada suhu, salinitas, pH, kedalaman, dan frekuensi. Salah satu sifat gelombang, yaitu ketika menjauhi transducer maka akan mengalami pelemahan energy dan kecepatan pantulannya.
Setelah gelombang suara mengenai suatu target, maka gelombang suara akan kembali dipantulkan ke transducer. Kekuatan pantulan gema yang dikembalikan oleh target dan relative terhadap intensitas suara yang mengenai target disebut sebagai TARGET STRENGTH. Atau target strength dapat didefinisikan sebagai sepuluh kali nilai logaritma dari intensitas yang mengenai ikan atau target (I). secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

TS= 10 Log (Ir/Ii)

TS        : Target Strength
Ir         : Energi suara yang dipantulkan, yang diukur
Ii          : Energi suara yang mengenai ikan (target)

BACKSCATTERING STRENGTH adalah rasio antara intensitas yang direfleksikan oleh suatu group single target yang diukur dari target. Sedangkan SCATTERING VOLUME (SV) merupakan rasio antara intensitas suara yang direfleksikan oleh suatu group single target yang berada pada suatu volume air tertentu (1m3).

SV = 10 Log ρV + TS

ρ          : Densitas
V         : Volume
TS        : Target Strength

Lapisan SOFAR (Sound Fixing and Ranging) merupakan daerah dengan akumulasi temperature dan kedalaman, sehingga kecepatan suara menjadi berkurang atau biasa disebut lapisan C (kecepatan suara) minimum. Pada lapisan C minimum ini, gelombang suara dapat merambat dalam gerak yang cukup besar sehingga tidak banyak energy yang hilang dan akhirnya akan terperangkap pada lapisan SOFAR.

SUMBER:
Materi Kuliah Akustik Kelautan


Friday, September 28, 2012

Kondisi Perairan dan Kecepatan Merambatnya Gelombang Suara Pada Perairan Jepang Bagian Timur


Saya mengambil data dari stasiun yang mengambil sampel di timur negara Jepang. Suhu pada perairan tersebut menurut literatur yang saya baca memang rendah dan akan bertambah rendah pada musim dingin. Negara Jepang memiliki 4 musim yaitu musim dingin (Fuyu), musim semi (haru), musim panas (tsuyu), dan musim gugur (aki). Keempat musim ini memiliki suhu yang berbeda-beda yang berlangsung selama 3 bulan pada setiap musimnya dan bergilir selama satu tahun.
Musim barat atau yang biasa disebut musim dingin berlangsung dari bulan Desember sampai dengan Februari. Musim peralihan 1 atau yang biasanya disebut juga musim semi oleh orang sekitar, memiliki suhu di daratan yang masih dingin berkisar antara 12°-20°C. Musim ini berlangsung selama 3 bulan yaitu Maret, April, dan Mei. Musim panas di negara Jepang berlangsung dari bulan Juni, Juli, dan Agustus, tetapi suhu mulai naik sampai 30°C pada pertengahan bulan Juli. Sisanya, suhu di negara Jepang berkisar antara 18°-22°C selama beberapa bulan tersebut. Pada awal musim peralihan 2 atau musim gugur sering terjadi angin topan yang sangat kuat tepatnya pada bulan September. Hingga pertengahan bulan tersebut, pengaruh tekanan udara yang tinggi dari Pasifik sisa musim panas terasa luar biasa. Namun, setelah itu suhu mulai turun dan musim gugur semakin bisa dirasakan oleh penduduk negara tersebut. Pada bulan November barulah udara terasa lebih dingin karena sudah hampir memasuki musim dingin kembali.

MUSIM BARAT ( DESEMBER – FEBRUARI) PADA LAUT BAGIAN TIMUR JEPANG
Pada musim barat ini, di daerah Jepang sedang mengalami musim dingin. Oleh karena itu suhu yang terdata sangat dingin yaitu antara 2°-7°C dari kedalaman 0-1000 meter. Dari data tersebut dapat kita peroleh nilai kecepatan suaranya. Nilai kecepatan suara yang terlihat tinggi berada pada kedalaman sekitar 100 meter dengan suhu sekitar 6°C, yaitu dengan nilai sekitar 1475-1477,5 m/s. Kecepatan suara juga terlihat tinggi dengan nilai yang sama pada kedalaman antara 800-1000 meter dengan suhu sekitar 3°C. Jika hanya dilihat dari grafik kecepatan suara, kedalaman, dan suhu (grafik yang kiri), dapat disimpulkan bahwa dari permukaan sampai kedalaman sekitar 300 meter mengalami penurunan suhu yang sangat drastis dan hal tersebut juga mengakibatkan penurunan kecepatan suara. Pada kedalaman 300-500 meter terjadi kenaikkan suhu yang menyebabkan nilai kecepatan suaranya juga meningkat. Tetapi pada kedalaman 600-1000 meter yang mengalami penurunan suhu yaitu sekitar 3°C tersebut menjadikan nilai kecepatan suaranya juga meningkat kembali. Jika dilihat dari grafik kedalaman, salinitas, dan kecepatan suara (grafik yang kanan), salinitas tersebut menurun pada kedalaman 0-300 meter tepatnya pada mixed layer. Kemudian salinitas kembali meningkat seiring dengan semakin dalam perairan tersebut dan kecepatan suaranya juga meningkat.
Menurut saya, pada lapisan atas atau mixed layer yang masih terkena pengaruh angin dapat mempengaruhi kecepatan suara di lapisan tersebut. Ketika sudah mencapai lapisan thermocline dan deep layer, angin sudah tidak berperan dalam kecepatan suara tersebut, dengan demikian semakin dalam perairan tersebut maka semakin cepat pula gelombang suara dapat merambat. Jadi, kecepatan suara tidak berpengaruh dengan salinitas atau suhu di perairan melainkan sangat berpengaruh terhadap kedalaman dan interaksi antara permukaan dengan atmosfer.

MUSIM PERALIHAN 1 (MARET – MEI) PADA LAUT BAGIAN TIMUR JEPANG
Tidak berbeda jauh dengan musim barat, pada musim peralihan 1 ini suhunya masih sangat dingin yaitu berkisar antara 1°-6.5°C dengan salinitas antara 33-35 psu. Pada grafik di atas, data tersebut menunjukkan kedalaman sampai lebih dari 2000 meter yang dilengkapi dengan nilai suhu yang turun drastis pada mixed layer dan kembali naik dari kedalaman sekitar 200-500 meter pada lapisan thermocline dan kembali mengalami penurunan suhu sampai kedalaman 2000 meter dari 3.5°C sampai dengan 1.8°C. Nilai kecepatan suara dari grafik kedalaman, suhu, dan kecepatan suara (grafik kiri), memiliki nilai yang lebih kurang sama dengan grafik pada musim barat, hanya saja pada grafik musim barat kedalaman yang terdata hanya sampai 1000 meter.  Jika dilihat grafik kedalaman, salinitas, dan kecepatan suara juga didapat bahwa salinitas bertambah seiring dengan bertambahnya kedalaman perairan tersebut. Nilai kecepatan suara yang terdata dari grafik tersebut juga mengalami peningkatan pada kedalaman 500-2000 meter tanpa dipengaruhi oleh nilai salinitasnya.
Sama seperti analisis pada grafik musim barat, saya masih berpendapat bahwa nilai kecepatan suara tidak bergantung dengan suhu dan salinitas pada suatu perairan melainkan sangat berpengaruh dengan kedalaman dan interaksi perairan dengan atmosfer pada mixed layer.

MUSIM TIMUR (JUNI – AGUSTUS) PADA LAUT BAGIAN TIMUR JEPANG
Pada musim timur di negara Jepang sedang mengalami musim panas yaitu pada bulan Juni-Agustus. Nilai kecepatan suara pada permukaan dengan suhu hampir mencapai 20°C sangat tinggi yaitu mencapai 1520m/s dan mengalami penurunan sampai kedalaman hampir 500 meter dan suhu pada perairan tersebut juga turun. Penurunan suhu kembali terjadi sampai kedalaman 2000 meter tetapi gelombang suara makin cepat merambat dari 1470m/s sampai dengan sekitar 1490m/s. Dari grafik salinitas (kanan), terlihat juga bahwa salinitas menurun pada kedalaman 0-300 meter dan kecepatan suara menurun pula. Ketika kedalaman 500-2000 meter dimana salinitas meningkat, kecepatan suara juga kembali meningkat hingga 1490m/s pada kedalaman 2000 meter.
Kali ini suhu dan salinitas terlihat berpengaruh terhadap perubahan nilai kecepatan gelombang suara merambat pada perairan ini. Tetapi seperti sebelumnya, dengan bertambah dalamnya suatu perairan juga masih berpengaruh pada kecepatan gelombang suara tersembut merambat.

MUSIM PERALIHAN 2 (SEPTEMBER – NOVEMBER) PADA LAUT BAGIAN TIMUR JEPANG
Pada musim peralihan 2 di mana pada musim ini merupakan musim peralihan dari musim timur ke musim barat yang berarti sedikit demi sedikit akan mengalami kenaikan suhu. Terlihat jelas pada grafik kiri dari kedalaman sekitar 100 meter sampai ke kedalaman 2000 meter terjadi peningkatan kecepatan gelombang suara merambat dengan suhu yang terdata tidak lebih dari 2°-3°C. Terlihat juga pada grafik kanan, terjadi peningkatan salinitas dari kedalaman antara 250 meter yaitu sekitar 33.3 psu sampai dengan 2000 meter dengan salinitas sekitar 34.6 psu. Kecepatan merambatnya gelombang suara  pada grafik kanan sudah mulai terlihat jelas dari kedalaman 250 meter yaitu 1460m/s sampai dengan 1490m/s pada kedalaman 2000 meter.
Dari analisis kedua grafik tersebut, saya berpendapat bahwa memang suhu dan salinitas tidak berpengaruh pada kecepatan suatu gelombang suara merambat karena walaupun suhu pada perairan tersebut konstan pada 2°-3°C kecepatan suaranya tetap bertambah, dan walaupun salinitasnya terus bertambah dari 33.2-34.6 psu kecepatan suaranya juga tetap bertambah seiring dengan bertambah dalamnya suatu perairan.


Maka dari itu, dari hasil analisis delapan grafik tersebut di atas, gelombang suara akan lebih cepat merambat semakin bertambahnya kedalaman di suatu perairan tidak berpengaruh terhadap suhu dan salinitasnya. Kecepatan gelombang suara merambat juga dipengaruhi oleh interaksi antara perairan tersebut dengan atmosfer yaitu angin. Karena angin berpengaruh terhadap aktivitas mixed layer maka kecepatan gelombang suara merambat juga mengalami penurunan.

Wednesday, March 28, 2012

Fungsi dan Manfaat Padang Lamun

Ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem di laut dangkal yang paling produktif (Azkab, 1988). Ekosistem lamun juga mempunyai peranan penting dalam menunjang kehidupan dan perkembangan jasad hidup di laut dangkal, diantaranya adalah :
1.    Sebagai Produsen Primer
Tingkat produktivitas primer lamun sangatlah tinggi bila dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang ada di laut dangkal sepertiekosistem terumbu karang (Thayer et al, 1975).
2.    Sebagai Habitat Biota
Berbagai hewan dan tumbuh-tumbuhan seperti alga hidup di tempat yang menurut mereka memberikan perlindungan dan dapat dijadikan tempat menempel seperti lamun. Disamping itu, padang lamun atau biasa disebut seagrass beds dapat juga sebagai daerah asuhan, padang pengenbalaan dan makan dari berbagai jenis ikan herbivore dan coral fish) (Kikuchi & Peres, 1977).
3.    Sebagai Penangkap Sedimen
Daun lamun yang lebat akan memperlambat air yang disebabkan oleh arus dan ombak, sehingga perairan di sekitarnya menjadi tenang. Rimpang dan akar padang lamun juga dapat menahan dan mengikat sedimen, sehingga dapat menguatkan dan menstabilkan dasar permukaan. Jadi, padang lamun selain berfungsi sebagai penangkap sedimen juga dapat mencegah erosi (Gingsburg & Lowestan, 1958).
4.    Sebagai Pendaur Zat Hara
Padang lamun memang memegang peran penting dalam pendauran berbagai zat hara dan elemen-elemen yang langka di lingkungan laut khususnya zat-zat hara yang dibutuhkan oleh algae epifit. Ekosistem lamun perairan dangkal mempunyai fungsi antara lain (Philips & Menez, 1988):
-       Menstabilakan dan menahan sedimen-sedimen yang dibawa melalui tekanan yang satu ke tekanan yang lain dari arus dan gelombang.
-       Daun-daun padang lamun memperlambat dan mengurangi arus dan gelombang serta mengembangkan sedimentasi.
-       Memberikan perlindungan terhadap hewan-hewan muda dan dewasa yang berkunjung ke padang lamun.
-       Daun-daunnya sangat membantu organism-organisme epifit.
-       Mempunyai produktivitas dan pertumbuhan yang tinggi.
-       Memfiksasi karbon yang sebagian besar masuk ke dalam sistem daur rantai makanan. 
Lamun juga berperan sebagai komoditi yang sudah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat baik secara tradisional maupun secara modern (Philips & Menez, 1988). Secara tradisional lamun telah dimanfaatkan untuk:
-       Digunakan untuk kompos dan pupuk lainnya.
-       Cerutu.
-       Mainan anak-anak.
-       Dianyam menjadi keranjang.
-       Tumpukan untuk pematang.
-       Mengisi kasur.
-       Sebagai panganan.
-       Dibuat menjadi jarring ikan.
Pada zaman modern ini, lamun telah dimanfaatkan untuk:
-       Penyaring limbah
-       Stabilitator pantai
-       Bahan untuk pabrik kertas
-       Makanan
-       Obat-obatan
-       Sumber bahan kimia
Kadang padang lamun membentuk suatu komunitas yang merupakan habitat bagi berbagai jenis hewan laut. Komunitas lamun ini juga dapat memperlambat gerakan air, bahkan ada juga jenis lamun yang dapat dikonsumsi bagi penduduk sekitar pantai.
                Keberadaan ekosistem padang lamun masih belum banyak dikenal para masyarakat umum maupun akademisi, jika dibandingkan dengan ekosistem lain seperti terumbu karang dan mangrove. Meskipun diantara ekosistem-ekosistem tersebut di kawasan pesisir merupakan satu kesatuan sistem dalam menjalankan fungsi ekologisnya.


lihat interaksi lamun dan lingkungan sekitarnya di sini