Saya mengambil data dari stasiun yang mengambil sampel di timur negara
Jepang. Suhu pada perairan tersebut menurut literatur yang saya baca memang
rendah dan akan bertambah rendah pada musim dingin. Negara Jepang memiliki 4
musim yaitu musim dingin (Fuyu), musim semi (haru), musim panas (tsuyu), dan
musim gugur (aki). Keempat musim ini memiliki suhu yang berbeda-beda yang
berlangsung selama 3 bulan pada setiap musimnya dan bergilir selama satu tahun.
Musim barat atau yang biasa disebut musim dingin berlangsung dari bulan
Desember sampai dengan Februari. Musim peralihan 1 atau yang biasanya disebut
juga musim semi oleh orang sekitar, memiliki suhu di daratan yang masih dingin
berkisar antara 12°-20°C. Musim ini berlangsung selama
3 bulan yaitu Maret, April, dan Mei. Musim panas di negara Jepang berlangsung
dari bulan Juni, Juli, dan Agustus, tetapi suhu mulai naik sampai 30°C pada pertengahan bulan Juli.
Sisanya, suhu di negara Jepang berkisar antara 18°-22°C selama beberapa bulan tersebut. Pada awal musim
peralihan 2 atau musim gugur sering terjadi angin topan yang sangat kuat
tepatnya pada bulan September. Hingga pertengahan bulan tersebut, pengaruh
tekanan udara yang tinggi dari Pasifik sisa musim panas terasa luar biasa.
Namun, setelah itu suhu mulai turun dan musim gugur semakin bisa dirasakan oleh
penduduk negara tersebut. Pada bulan November barulah udara terasa lebih dingin
karena sudah hampir memasuki musim dingin kembali.
MUSIM
BARAT ( DESEMBER – FEBRUARI) PADA LAUT BAGIAN TIMUR JEPANG
Pada musim barat ini, di daerah
Jepang sedang mengalami musim dingin. Oleh karena itu suhu yang terdata sangat
dingin yaitu antara 2°-7°C dari kedalaman 0-1000 meter. Dari data tersebut
dapat kita peroleh nilai kecepatan suaranya. Nilai kecepatan suara yang
terlihat tinggi berada pada kedalaman sekitar 100 meter dengan suhu sekitar
6°C, yaitu dengan nilai sekitar 1475-1477,5 m/s. Kecepatan suara juga terlihat
tinggi dengan nilai yang sama pada kedalaman antara 800-1000 meter dengan suhu
sekitar 3°C. Jika hanya dilihat dari grafik kecepatan suara, kedalaman, dan
suhu (grafik yang kiri), dapat disimpulkan bahwa dari permukaan sampai kedalaman sekitar
300 meter mengalami penurunan suhu
yang sangat drastis dan hal tersebut juga mengakibatkan penurunan kecepatan
suara. Pada kedalaman 300-500 meter terjadi kenaikkan suhu yang menyebabkan
nilai kecepatan suaranya juga meningkat. Tetapi pada kedalaman 600-1000 meter
yang mengalami penurunan suhu yaitu sekitar 3°C tersebut menjadikan nilai kecepatan suaranya
juga meningkat kembali. Jika dilihat dari grafik kedalaman, salinitas, dan
kecepatan suara (grafik yang kanan), salinitas tersebut menurun pada kedalaman
0-300 meter tepatnya pada mixed layer. Kemudian salinitas kembali meningkat
seiring dengan semakin dalam perairan tersebut dan kecepatan suaranya juga
meningkat.
Menurut saya, pada lapisan atas atau mixed layer yang
masih terkena pengaruh angin dapat mempengaruhi kecepatan suara di lapisan
tersebut. Ketika sudah mencapai lapisan thermocline dan deep layer, angin sudah
tidak berperan dalam kecepatan suara tersebut, dengan demikian semakin dalam
perairan tersebut maka semakin cepat pula gelombang suara dapat merambat. Jadi,
kecepatan suara tidak berpengaruh dengan salinitas atau suhu di perairan
melainkan sangat berpengaruh terhadap kedalaman dan interaksi antara permukaan
dengan atmosfer.
MUSIM
PERALIHAN 1 (MARET – MEI) PADA LAUT BAGIAN TIMUR JEPANG
Tidak berbeda jauh dengan musim barat, pada musim peralihan 1 ini suhunya
masih sangat dingin yaitu berkisar antara 1°-6.5°C dengan salinitas antara 33-35 psu. Pada grafik
di atas, data tersebut menunjukkan kedalaman sampai lebih dari 2000 meter yang
dilengkapi dengan nilai suhu yang turun drastis pada mixed layer dan kembali
naik dari kedalaman sekitar 200-500 meter pada lapisan thermocline dan kembali
mengalami penurunan suhu sampai kedalaman 2000 meter dari 3.5°C sampai dengan 1.8°C. Nilai kecepatan suara dari
grafik kedalaman, suhu, dan kecepatan suara (grafik kiri), memiliki nilai yang lebih kurang sama dengan grafik pada musim barat, hanya saja pada grafik
musim barat kedalaman yang terdata hanya sampai 1000 meter. Jika
dilihat grafik kedalaman, salinitas, dan kecepatan suara juga didapat bahwa
salinitas bertambah seiring dengan bertambahnya kedalaman perairan tersebut.
Nilai kecepatan suara yang terdata dari grafik tersebut juga mengalami
peningkatan pada kedalaman 500-2000 meter tanpa dipengaruhi oleh nilai
salinitasnya.
Sama seperti analisis pada grafik musim barat, saya
masih berpendapat bahwa nilai kecepatan suara tidak bergantung dengan suhu dan
salinitas pada suatu perairan melainkan sangat berpengaruh dengan kedalaman dan
interaksi perairan dengan atmosfer pada mixed layer.
MUSIM
TIMUR (JUNI – AGUSTUS) PADA LAUT BAGIAN TIMUR JEPANG
Pada musim timur di negara Jepang sedang mengalami musim panas yaitu pada
bulan Juni-Agustus. Nilai kecepatan suara pada permukaan dengan suhu hampir
mencapai 20°C
sangat tinggi yaitu mencapai 1520m/s dan mengalami penurunan sampai kedalaman
hampir 500 meter dan suhu pada perairan tersebut juga turun. Penurunan suhu
kembali terjadi sampai kedalaman 2000 meter tetapi gelombang suara makin cepat
merambat dari 1470m/s sampai dengan sekitar 1490m/s. Dari grafik salinitas
(kanan), terlihat juga bahwa salinitas menurun pada kedalaman 0-300 meter dan
kecepatan suara menurun pula. Ketika kedalaman 500-2000 meter dimana salinitas
meningkat, kecepatan suara juga kembali meningkat hingga 1490m/s pada kedalaman
2000 meter.
Kali ini suhu dan salinitas terlihat berpengaruh
terhadap perubahan nilai kecepatan gelombang suara merambat pada perairan ini.
Tetapi seperti sebelumnya, dengan bertambah dalamnya suatu perairan juga masih
berpengaruh pada kecepatan gelombang suara tersembut merambat.
MUSIM
PERALIHAN 2 (SEPTEMBER – NOVEMBER) PADA LAUT BAGIAN TIMUR JEPANG
Pada musim
peralihan 2 di mana pada musim ini merupakan musim peralihan dari musim timur
ke musim barat yang berarti sedikit demi sedikit akan mengalami kenaikan suhu.
Terlihat jelas pada grafik kiri dari kedalaman sekitar 100 meter sampai ke
kedalaman 2000 meter terjadi peningkatan kecepatan gelombang suara merambat
dengan suhu yang terdata tidak lebih dari 2°-3°C. Terlihat juga pada grafik kanan, terjadi
peningkatan salinitas dari kedalaman antara 250 meter yaitu sekitar 33.3 psu
sampai dengan 2000 meter dengan salinitas sekitar 34.6 psu. Kecepatan
merambatnya gelombang suara pada grafik
kanan sudah mulai terlihat jelas dari kedalaman 250 meter yaitu 1460m/s sampai
dengan 1490m/s pada kedalaman 2000 meter.
Dari analisis
kedua grafik tersebut, saya berpendapat bahwa memang suhu dan salinitas tidak
berpengaruh pada kecepatan suatu gelombang suara merambat karena walaupun suhu
pada perairan tersebut konstan pada 2°-3°C kecepatan suaranya tetap bertambah, dan walaupun
salinitasnya terus bertambah dari 33.2-34.6 psu kecepatan suaranya juga tetap
bertambah seiring dengan bertambah dalamnya suatu perairan.